yTgHrJNGzV02Lg3RjKe6YGboXHd6n74ahZPu0z0D
Bookmark

Satuan Untuk Mengukur Besar Kecilnya Gempa Disebut Skala

Satuan Untuk Mengukur Besar Kecilnya Gempa Disebut Skala


Satuan untuk Mengukur Besar Kecilnya Gempa - Gempa bumi, fenomena alam yang sering terjadi di berbagai belahan dunia, adalah manifestasi dari pergerakan lempeng tektonik bumi. Kekuatan gempa bisa bervariasi dari yang hampir tidak terasa hingga yang merusak. Untuk mengukur besar kecilnya gempa, ilmuwan dan ahli geofisika menggunakan berbagai satuan ukuran yang sangat penting dalam pemahaman dan pelaporan aktivitas gempa. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa satuan penting yang digunakan untuk mengukur gempa.

Satuan Untuk Mengukur Besar Kecilnya Gempa Disebut Skala


1. Magnitudo (Magnitude)/ Skala Richter

Magnitudo adalah satuan yang paling sering digunakan untuk mengukur kekuatan gempa. Ini mengukur energi total yang dilepaskan oleh gempa. Skala magnitudo paling umum yang digunakan adalah Skala Richter. Seiring berkembangnya teknologi, sejumlah skala magnitudo lainnya telah dikembangkan. Semakin tinggi angka magnitudo, semakin kuat gempa tersebut. Misalnya, gempa dengan magnitudo 2.0 hampir tidak terasa, sementara gempa dengan magnitudo 7.0 dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan.

2. Skala MMI (Modified Mercalli Intensity):

Skala MMI mengukur dampak gempa pada manusia, struktur, dan lingkungan. Ini memberikan gambaran tentang bagaimana gempa dirasakan oleh manusia dan seberapa besar kerusakan yang diakibatkannya. Skala ini memiliki tingkatan dari I hingga XII, dengan I menunjukkan gempa yang hampir tidak terasa dan XII mewakili kerusakan yang sangat parah.

3. Kedalaman Gempa:

Kedalaman gempa mengacu pada kedalaman di bawah permukaan bumi di mana gempa terjadi. Gempa yang dangkal, dengan kedalaman kurang dari 70 km, cenderung lebih merusak daripada gempa yang dalam, karena getarannya tidak melewati lapisan batuan yang lebih dalam.

4. Durasi Getaran:

Durasi getaran mengukur berapa lama gempa tersebut berlangsung. Ini dapat bervariasi dari beberapa detik hingga beberapa menit. Durasi yang lebih lama dapat meningkatkan risiko kerusakan pada bangunan dan struktur.

5. Pusat Gempa:

Pusat gempa adalah titik di bawah permukaan bumi di mana gempa berasal. Ini sering disebut sebagai "hiposenter." Lokasi pada permukaan bumi yang tepat di atas pusat gempa disebut sebagai "episenter."

6. Amplitudo Gelombang:

Amplitudo gelombang mengukur seberapa besar getaran yang dirasakan oleh alat seismograf. Nilai amplitudo ini memberikan gambaran tentang seberapa besar pergeseran tanah selama gempa. Semakin besar amplitudo, semakin kuat gempa tersebut.

7. Frekuensi Gelombang:

Frekuensi gelombang mengukur berapa kali gelombang gempa bergetar per detik. Frekuensi ini dapat mempengaruhi seberapa besar getaran yang dirasakan oleh manusia dan struktur.

Semua satuan ini berguna dalam memahami, mengukur, dan melaporkan aktivitas gempa. Data ini membantu pemerintah dan badan penanggulangan bencana dalam merespons gempa, serta membantu masyarakat untuk memahami risiko gempa di daerah mereka. Dalam upaya mengurangi risiko dan kerusakan akibat gempa, pemahaman akan satuan-satuan ini sangat penting.


Apa bedanya gempa magnitudo dan Skala Richter?

Gempa Magnitudo dan Skala Richter sebenarnya merujuk pada konsep yang serupa dalam mengukur besar kecilnya gempa, namun ada perbedaan penting antara keduanya. Mari kita bahas perbedaan utama di antara keduanya:

1. Konsep Dasar:


  • Gempa Magnitudo (Magnitude): Gempa Magnitudo adalah ukuran seberapa besar energi total yang dilepaskan oleh gempa bumi. Angka magnitudo mencerminkan besarnya gempa tersebut dan sering kali diukur dalam skala logaritmik.
  • Skala Richter: Skala Richter adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur Magnitudo. Dalam istilah yang lebih teknis, sebagian besar referensi terhadap "Skala Richter" sebenarnya merujuk pada "Magnitudo Richter." Magnitudo Richter adalah metode klasik yang mengukur besar kecilnya gempa dengan membandingkan amplitudo gelombang gempa.

2. Ukuran Amplitudo Gelombang:


  • Gempa Magnitudo: Gempa Magnitudo mengukur amplitudo gelombang gempa, yaitu seberapa besar pergeseran tanah selama gempa. Nilai magnitudo ini dihitung berdasarkan logaritma amplitudo gelombang gempa.
  • Skala Richter: Skala Richter mengukur amplitudo gelombang primer (gelombang P) dalam seismogram. Ini juga menggunakan logaritma untuk menghasilkan angka pada skala tersebut.

3. Keterbatasan Magnitudo Richter:


  • Gempa Magnitudo: Magnitudo adalah konsep yang lebih umum dan melibatkan berbagai metode perhitungan. Selain Magnitudo Richter, ada juga Magnitudo Moment (Moment Magnitude Scale, Mw) yang lebih umum digunakan saat ini karena lebih akurat dalam mengukur gempa bumi yang besar.
  • Skala Richter: Skala Richter (Magnitudo Richter) memiliki batasan pada gempa yang sangat besar. Ketika gempa mencapai tingkat tertentu, Skala Richter tidak lagi memberikan perkiraan yang akurat tentang seberapa besar gempa tersebut. Oleh karena itu, Magnitudo Moment digunakan sebagai pengganti yang lebih baik.

4. Penggunaan Praktis:


  • Gempa Magnitudo: Magnitudo, termasuk Magnitudo Moment, adalah pengukuran standar yang digunakan secara luas oleh para ilmuwan dan lembaga penelitian untuk memberikan gambaran objektif tentang seberapa besar gempa tersebut.
  • Skala Richter: Skala Richter (Magnitudo Richter) sekarang jarang digunakan dalam penelitian ilmiah, tetapi mungkin masih digunakan secara informal dalam berita dan komunikasi umum karena tingkat kesadaran masyarakat.


Jadi, intinya adalah bahwa "Gempa Magnitudo" adalah konsep yang lebih umum dan mencakup berbagai metode pengukuran, sedangkan "Skala Richter" (khususnya Magnitudo Richter) adalah salah satu metode klasik yang digunakan untuk mengukur amplitudo gelombang gempa. Meskipun terdapat perbedaan tersebut, tujuan utamanya adalah sama, yaitu untuk mengukur besar kecilnya gempa bumi.


Gempa 5 Skala Richter Apakah besar?


Gempa dengan magnitudo 5 pada Skala Richter dianggap sebagai gempa dengan kekuatan sedang. Gempa dengan magnitudo 5 umumnya dapat dirasakan oleh orang-orang, tetapi kerusakan signifikan pada bangunan biasanya tidak terjadi kecuali jika gempa tersebut terjadi di dekat permukaan atau di daerah yang tidak memiliki standar bangunan yang tahan gempa. Gempa dengan magnitudo 5 dapat menyebabkan goncangan dan getaran yang terasa, tetapi risiko kerusakan biasanya terbatas pada bangunan dan struktur yang kurang tahan gempa.

Penting untuk diingat bahwa dampak sebenarnya dari gempa tergantung pada sejumlah faktor, termasuk kedalaman gempa, jarak dari pusat gempa (episenter), serta kondisi geologis dan struktural di daerah tersebut. Seiring dengan peningkatan magnitudo, intensitas getaran dan potensi kerusakan akan semakin besar. Gempa bumi dengan magnitudo 5 umumnya dianggap sebagai gempa sedang dan dapat menjadi peringatan awal tentang potensi bahaya gempa yang lebih besar.
Posting Komentar

Posting Komentar